Selasa, 26 Juni 2012

Mimpi di penghujung asaku






Baru saja semester ini berakhir. Aku butuh  refreshing , hanya ingin lepaskan semua kemelut yang senantiasa menari-nari di fikiran tapi terancam batal karena adikku akan mengikuti seleksi masuk perguruan tinggi disini. Eits, bukan berarti ini adalah hal yang menyebalkan, akan tetapi artinya aku akan bertahan dikota ini untuk beberapa hari kedepan (lagi).

Entah kenapa, aku merasa kota ini terlalu kejam. Dengan bangganya mempertontonkan penjahat-penjahatnya, penjahat dari semua bidang nya. Yaa, kurasa kamu mengerti maksudnya karena aku tak ingin berikan penjelasan apapun tentang kota ini. But, I haven’t choice for that. I have to stay here for the sake of my education, or perhaps for the sake of my future.  Whatever, tapi disini deretan tantangan hidup menantiku. Mau tau? Yakin? Aku rasa terlalu berat untuk dibahas.  Ah sudahlah, aku hanya ingin bercerita tentang dia.

Ya, DIA. Selalu dia menjadi puncak segalanya. Hidupku tanpa semua embel-embel kecil tentangnya mungkin akan berjalan baik. Kenapa tidak, segala urusan aman dan ku jalani hidupku dengan bahagia, apalagi jika dia mau mendampingiku. Aah, lagi-lagi aku bermimpi. Kenapa kamu diam saja? Kenapa tidak bangunkan aku dari mimpi ini? mimpi yang terlalu indah, mungkin.

Jika dia izinkan, aku akan bercerita dengan dia saja. Bercerita tentang hati, perasaan, dan entah apalagi kata yang dapat mewakili bagianku yang terlalu halus ini, yang tak mampu lagi menerima sakit.

Hei kamu, apa masih saja tak peduli dengan ini? dengan rasa galau ku, dengan risaunya aku, dengan perasaan ku, perasaan cintaku, atau apa mau peduli dengan sakitnya aku? Aku tak butuh diammu.  Aku butu cintamu, untuk damikan hati ini, tenang bahkan nyaman. Hanya berharap, dank u tak pernah paksakan semuanya. Ku tak pernah paksakan kau menjadi milikku. Hanya ingin disampingmu. Begitu beratkah? Terlalu sulitkah?

Banyak asa yang telah ku rangkai, hanya dengan mu rasanya semua akan indah tapi belum tentu mampu terwujudukan. Sangat indah jika ku bayangkan. Itu yang selalu menghantuiku, bahkan dalam menjadi bunga-bunga tidurku.  Dantanpamu, apa kamu tau yang terjadi padaku?

Banyak duka yang berlalu, banyak asa yang tak jadi dan banyak nya bunga kehidupan yang mampu membuatku menetaskan air mata. Bukan terlalu manja, tapi aku berharap dengan menangis bisa mengurangi bebanku. Apa harus ditambah dengan asa tentang mu?

Jangan begitu sayang, aku hanya sedikit meminta. Meminta rasa, yang sedikit dulu pernah buat ku tenang. Yang kamu tau, itu bukan cintamu bukan, hanya sekedar di dekatmu membuat ku bahagia. Meski harus menahan banyak cerita-cerita. Karena tetesan air mata ini sekarang bukan hanya milikmu saja,  terlalu banyak yang meminta nya ini untukku tetes dan teteskan lagi. Perjalanan ini masih panjang dan entah dimana aku bisa singgah, untuk dapat berhenti sekejap dan menjalani (lagi) tanpa memakai tetesan air mata. Jika telah ku temukan, akan kutelusuri dengan bahagia ku, yang telah kamu ciptakan untukku. Meski kamu tidak akan pernah untukku, sejauh apapun itu. Dan aku pasti kembali, kembali menemuimu untuk antarkan sejuta terimakasih atas bahagiaku, nanti.  Entah kapan itu, tetapi aku yakin, ITU PASTI . 



Sabtu, 23 Juni 2012

Mencintamu


Keadaan ini mengingatkan ku akan sakitnya mencinta. Hal yang mungkin tak kan pernah ku ingat lagi. Tapi sekarang kembali ku rasakan. Memang tanpa sadar, kurasakan kembali tak dapat memiliki. Saat-saat yang dengan bangganya ku katakana, “ dulu, aku tak pernah merasakannya”. Dan kenyataannya, ini adalah ke dua kalinya ku tak dapat menggapai cintaku.

                Saat pertama ku rasakan, aku berhenti mencinta tapi kenapa? Kenapa aku bisa berkata aku mencintaimu?? Tiba-tiba rasa itu ada, rindu jika tak bertemu. Resah ketika melihatmu tapi tak disampingmu.  Sepi jika tak mendengar suaramu. Apa salah jika kusimpulkan ini cinta?

 Kenapa? Aku mohon,  JANGAN tanya kenapa. Perasaan ini ada dengan sendirinya. Aku hanya tau kalau aku memang tak bisa tanpamu. Ken…. ? Jangaaaaan !!! Jangan tanya kenapa. Karena aku tak punya jawabnya, aku tak punya alasannya. Alasan? Ya alasan. Aku tak punya alasan untuk tidak mencintaimu.

Tapi jika kamu tau, ayo beri tau aku. Ah, tapi aku yakin kamu tak kan menemukannya. Karena cinta ini memang tak beralasan. 

Senin, 11 Juni 2012

Aku bisa, tapii .......





(I sure can, could, and can certainly. Through all the moments that they may be, it was beautiful. A lot of enthusiasm, a lot of ridicule, even a lot of things that they think would not impossible, but to me, MAY BE.)



Aku yakin bisa, bisa, dan pasti bisa. Menjalani semua saat-saat yang kata mereka mungkin, tak kan indah. Banyak semangat, banyak ejekan, bahkan banyak hal yang mereka anggap tak akan mungkin, tapi bagiku, MUNGKIN. 
Mereka bisa menertawakan atau pun mengejekku dengan usaha ku menunggu mu. Aku akui, ini diluar logika ku. Menunggu cinta yang belum tentu bisa ku dapatkan. Aku bisa mengerti sikap itu, sikapmu yang (berpura-pura) tak peduli terhadapku, tetapi kurasa tidak hati ini. Terlalu pasrah jika hati ini berkata ya, padahal ia tidak bisa menerima.   Dan akan terlalu memaksakan jika ku masih bertahan, meski hanya untuk usaha tidak menyakiti hati ini lagi.
Mereka banyak juga yang memberi ku semangat, entah itu benar seperti apa yang ku lihat atau ini hanya usaha mereka juga. Untuk membuat ku tak berarti atau sebaliknya. Membuat ku berarti di depanmu. Sekali lagi, kamu bahkan (pura-pura) tak peduli itu.
 Aku semakin bingung. Ini terlalu abu-abu. Ya, sikapmu. Sikapmu yang (sedikitpun) tak pedulikan ku, atau setidaknya tidak memperhatikan perasaan ini. Aku bis saja beralih ke yang lain, yang bukan dirimu. Tetapi hati ini tidak. Hati ini hanya menginginkan satu hati dan itu adalah hatimu.
Lalu, apa aku harus terus menunggu? Sementara kamu tidak berniat untuk sebentar memberi (hati) nya sedikit kebahagian. Kebahagian itu, bisa berdekatan denganmu. Ya, setidaknya seperti itu, karena ku tau tidak mungkin memiliki. Jika kamu masih begini.
Begitu juga setelah kamu menyadari ada nya hati ini. Sepertinya kamu masih tak peduli. Sedangkan ku butuh, untuk mengobati semua kemelut diri tentang mu.  
Jika masih saja begini, bagaimana aku bisa membuktikan. Kalau aku pasti bisa jalani semuanya denganmu, dengan semua sakit yang pernah kamu beri untukku yang (mungkin) tidak disengaja.