Minggu, 14 Oktober 2012

AKU HANYA BISA DIAM






Air mata ini pun jatuh lagi dengan mudahnya. Entah apa yang bisa menghentikannya. Setiap jeritan, setiap kisah, setiap ucapan, setiap umpatan. Aku himpun, aku tampung, lalu dengan mudah nya ku dengarkan. Aku buat “mereka” nyaman.

Lalu bagaimana denganku?

Jeritan ku, kisahku, ucapanku, dan umpatan ku, tentang hidup, perasaan dan mati. Aku hanya bisa diam. tanpa berkata apa-apa untuk “mereka”. Aku hanya tak ingin menyakiti “mereka” dengan semua jeritan ataupun kisah hidupku, ataupun menyakiti dengan ucapan ataupun dengan umpatanku ini. Apa aku hanya tercipta untuk dapat diam? tak ada yang bisa menjawab bukan?

Lalu,

Ku lihat sekeliling, banyak yang juga ikut merasa sakit, tapi kenapa tidak sepertiku? Setiap detik meneteskan air mata, setiap detik meratapi semuanya, tetap saja tak ada yang peduli. Aku bagaikan terkurung dalam sangkak penyiksaan ini. lalu mereka?

Kulihat sekeliling banyak yang ikut menangis, tetapi kenapa tidak sepertiku? Tidak berusaha tegar dan kuat. Dan mereka, seakan hanya mereka yang merasa.

Kulihat sekeliling, banyak yang (ikut tidak) diperdulikan, tapi kenapa tidak memperdulikan? Berusaha juga memperdulikan, untuk harapan di perdulikan. Itu usaha ku, usaha mereka?

Kulihat sekeliling, banyak yang dikhianati (katanya). Tapi kenapa tidak berusaha juga tidak mengkhianati.  Saat ini aku hanya bisa beredecak kagum, manusia benar-benar telah menampak kan kebolehannya.

Dan aku masih saja diam,

Aku tak tahu harus bagaimana. Mengikuti ketidak adilan itu?

Dan saat ini ku berfikir, aku butuh tuhan dan malaikat menuntunku. Menuntunku jauh dari dubia ini. menuju jalan kematian. Dan berakhir dari tempat terindah milik-NYA. Nanti.