Kamis, 22 Juni 2017

Bagaimana aku tak akan dilema?

Kamu gila?
Membuat aku mengartikan kebersamaan dengan mudahnya.

Kamu masih waras?
Menginginkan aku begitu mudahnya.

Kamu harus tau beberapa hal kecil yang tak pernah aku percayai. Jangankan sebagai teman hidup, yang tak ada satu hal pun yang bisa kita sembunyikan. Sahabat sajaaa, yang selama ini bagiku adalah bagaikan satu tubuh yang terbelah, yang tak akan pernah lengkap tanpa disatukan bisa saja menilai mudah diri ini.

Dari beberapa hal yang aku satukan, Bagaimana bagiku sedihnya adalah sedihku. Risaunya adalah hal yang harus aku risaukan. Hari-hari indahku sudah semestinya miliknya. Namun nyatanya justru tak begitu yang ku terima.

Aku rasa kamu mengerti?
Oke, jika tidak akan kembali jelaskan.

Nanti, suatu hari. Teman hidup sudah pasti akan lebih dari sekedar sahabatku. Tak lagi separuh dari tubuhku, tapi bisa saja menjadi sepertiga dari keutuhan diriku. Aku tak akan membebaninya, tapi aku tak akan bisa tanpanya.

Kembali lagi aku berfikir bagaimana kamu memintaku dengan mudahnya?
Seorang sahabat, bahkan tak menemaniku dengan begitu sabarnya.

Kamu yang aku kenal hanya beberapa menit di berapa tahun perkenalan kita.

Sahabatku, orang yang menemani setiap hari, menit dan detik dihampir separuh usia ku.

Bagitulah perbandingannya. Maaf, bagaimana​ aku tak akan dilema?

Senin, 05 Juni 2017

Ingin Naik Gunung

Sepagi ini aku masih terjaga.
Aku tengah berdiskusi dengan hati.

Aku ingin berani untuk naik gunung.

Aku takut tapi bodohnya ini demi kamu, demi aku bisa punya kesempatan mendaki bersamamu.

Ah bahagianya. Ya bahagia aja dulu sebelumnya benar-benar jadi nyata.