Selasa, 24 September 2013

Pelukan Sepi



https://encrypted-tbn2.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcS8drLILtm-wB68Yg2odDLzQrNY2VKd6IOQbsMs4lWaFsrGo0p356IGlQ






Aku bingung akan memulainya dari mana. Mengikuti setiap langkah yang entah kemana aku arahkan. Bagaikan orang gila. Hidup tetapi tak hidup. Argh terlalu berlebihan?? Aku rasa tidak. 

Aku merasa mulai terkukung disini. Di suasana yang tak pernah aku kenali. (Dulu) karena memang ku tak pernah ingin bersamanya. Jadi mengapa aku harus mengenalinya. Dan saat ini, Dia menghampiriku. Meski tak kuinginkan, dia menyapa ku. Mendekati ku, Lebih dekat, Dan lebih dekat lagi. Hingga, aku pun terdekap, Terdekap pelukan nya. Pelukan sepi. 

Semua sunyi, Hening, Tak ada siapa-siapa disana. Aku tak bertemu si bahagia atau pun si duka, aku juga tak bertemu si canda dan si tawa, disini hanya hampa. 
Apa hanya dia yang hanya ingin menyapaku? Menyapaku dalam diam ku, menyapa ku sedihku. 

Jika memang tak ada lagi yang ingin, Aku pasrah, aku pasrah mengenali mu, aku pasrah tenggelam bersama mu, aku pasrah jika berada dalam peluk mu. Hingga nanti, Aku hanya bertemankan mu (sepi).

Selasa, 17 September 2013

(Masih) Kunikmati

      

 
         Mungkin kamu tak kan pernah mengira, karena cinta datang memang tak terkira. Karena cinta memang tak terukur, bahkan oleh hatimu sendiri.  Semua bahkan tak terpungkiri, perjalanan singkat ini ku nikmati. Hingga aku tak mengenali sepiku (lagi).

       Sapaan hangat, ribuaan perhatian. Menjadi satu, menciptakan suasana baru dalam hariku. Lalu menyelinap ke dalam relung hatiku, menghantui ku setiap detik, menari-nari di otak ku, mengusik pikiran ku. Hingga ku tak henti beranggan tentangmu. Merangkai cerita di imajinasiku, merasuki hatiku dan tak sabar memastikan. Apa yang telah dirasa. Apa ini yang dinamakan cinta?

       Aku masih saja berlagak polos, menikmati kepura-puraan ku tentang rasa. Bermain-main dengan suara hati yang ada. Yang selalu memaksaku, mengatakan inilah cinta. 

       Setelah itu, setelah ku berani pastikan. Itu cinta. Saatnya aku mulai bercerita tentang rindu. Aku mulai merindukan mu. Ketika mungkin kamu sedikit terlambat mengingatku, ketika kamu mulai seedikit terlambat memperhatikanku, ketika kamu sedikit terlambat menyapaku. Aku mulai merindu.

       Kunikmati. Kunikmati itu sebagai ungkapan rindumu. Hingga akhirnya, rinduku  menyadarkan ekspetasiku sendiri. Ketika ternyata kamu bahkan sudah tak pernah merindukanku. Kamu mulai pergi dan ...............................



Dan tak kembali.
Tak kembali untuk menyapaku, tak kembali untuk memperhatikanku, dan tak kembali untuk menyembukan rinduku.
Aku terbelenggu, tentang apa yang ku rasa. Seakan tak nyata tapi terasa luka.   



Kini,
Beritahu aku bahwa ini hanya skenario pikiran ku. Beritahu aku bahwa kamu tak menempatkan aku di hati mu sedetik pun.  Karena ada ataupun tidak, aku butuh kata itu. Agar aku bisa bahagia, agar aku tak merasa jadi persinggahan hati mu. Sehingga nanti aku pun mampu, ku mampu sembuhkan luka ku. (Masih) Kunikmati