Mungkin kamu tak kan pernah mengira,
karena cinta datang memang tak terkira. Karena cinta memang tak terukur, bahkan
oleh hatimu sendiri. Semua bahkan tak
terpungkiri, perjalanan singkat ini ku nikmati. Hingga aku tak mengenali sepiku
(lagi).
Sapaan hangat, ribuaan perhatian. Menjadi
satu, menciptakan suasana baru dalam hariku. Lalu menyelinap ke dalam relung
hatiku, menghantui ku setiap detik, menari-nari di otak ku, mengusik pikiran
ku. Hingga ku tak henti beranggan tentangmu. Merangkai cerita di imajinasiku,
merasuki hatiku dan tak sabar memastikan. Apa yang telah dirasa. Apa ini yang
dinamakan cinta?
Aku masih saja berlagak polos, menikmati
kepura-puraan ku tentang rasa. Bermain-main dengan suara hati yang ada. Yang selalu
memaksaku, mengatakan inilah cinta.
Setelah itu, setelah ku berani pastikan. Itu
cinta. Saatnya aku mulai bercerita tentang rindu. Aku mulai merindukan mu. Ketika
mungkin kamu sedikit terlambat mengingatku, ketika kamu mulai seedikit terlambat
memperhatikanku, ketika kamu sedikit terlambat menyapaku. Aku mulai merindu.
Kunikmati. Kunikmati itu sebagai ungkapan
rindumu. Hingga akhirnya, rinduku menyadarkan ekspetasiku sendiri. Ketika ternyata
kamu bahkan sudah tak pernah merindukanku. Kamu mulai pergi dan ...............................
Dan tak kembali.
Tak kembali untuk
menyapaku, tak kembali untuk memperhatikanku, dan tak kembali untuk menyembukan
rinduku.
Aku terbelenggu,
tentang apa yang ku rasa. Seakan tak nyata tapi terasa luka.
Kini,
Beritahu aku bahwa ini
hanya skenario pikiran ku. Beritahu aku bahwa kamu tak menempatkan aku di hati
mu sedetik pun. Karena ada ataupun tidak,
aku butuh kata itu. Agar aku bisa bahagia, agar aku tak merasa jadi
persinggahan hati mu. Sehingga nanti aku pun mampu, ku mampu sembuhkan luka ku.
(Masih) Kunikmati
Tidak ada komentar:
Posting Komentar