Senin, 25 Mei 2015

Kembali Menata Hati

Jika ini sebuah bingkisan indah darimu, aku mungkin tak akan pernah menerima dan membukanya.
Ini suasana paling buruk dalam hal menunggu pagi. Tak mungkin ku lupa. Kejujuran yang pahit itu memang seperti ini. Namun aku hambar, aku tegar. Tak ada tangis meski senyatanya aku sangat kecewa. Tak ada tangis meski senyatanya aku terluka. Hambaaar.

Sangat kecewa, itu pasti.  Namun harus tetap menata hati.
Sayang, sangat sayang. Masih berharap kamu rasakan ini. Bukan untuk rasa sepihak tapi rasa yang sama-sama kita rasakan.

Andai saja ini bukan rasa sesaat, mungkin aku tak kan melirikmu. Bukankah dulu sempat ada waktu yang sama? Tapi tak mampu buat kita bersama.

Aku ingin kamu.
Sangat ingin kamu.
Jika tak ada jalan untuk saling berbimbing tangan mungkin aku harus bisa melupakan. Tak mungkin ada disisimu jika kamu pun tak ingin. Tak kan mungkin ada disisi mu jika kamu pun tak siap.

Hari ini, aku harus kembali.
Mencari hati-hati yang mampu aku siapi.
Kembali menata hati

Jumat, 22 Mei 2015

Bolehkah aku meminta dia untukku tuhan?

Semoga tuhan  mengabulkan doa ku hari ini.
Bolehkah aku meminta dia untukku tuhan?

Setelah engkau,
Dia
Orang terakhir tempat ku menjatuhkan harap
Orang terakhir tempat ku menangisi kejadian hari ini
Orang terakhir tempat ku melepas lelah
Orang terakhir tempat ku menetapkan hati

Rasanya ingin berhenti mencari lagi. Senyatanya pun tak ada makhluk engkau yang sempurna. Mereka ada hanya untuk membimbingku disini. Di tempat yang engkau ciptakan sendiri. Melalui setiap perjalanan yang telah kau rancang untukku. Hanya nanti, aku temukan sosok yang mampu meimbangiku dan kuimbangi. Aku benar lelah mencari.

Aku tak mengerti. Entah rasa apa ini tuhan. Ku ingin milikinya sejak dulu. Bisakah? Mampukah aku? Pantaskah? Untukku ataupun untuknya.

Semua hanya karena ridho mu, karena hanya kau lah yang ku tuju.

Bolehkah aku meminta dia untukku  tuhan?
Jika boleh, mohon tepatkan hatiku untuknya dan tepatkan hatinya  untukku. Jika tidak, mohon jauhkan hati ini darinya sedini mungkin. Tepatkan hatiku untuk menemukan yang lain dan bersama yang lain.

Terakhir kalinya, bolehkah aku meminta dia untukku tuhan?

Rabu, 06 Mei 2015

Aku berhenti, diam disini

Berkali-kali mencoba untuk yakinkan hati ini, namun terlalu banyak hal  nyata yang masih kutemukan kalau ternyata kita masih belum sejalan.

Kita tak akan ada tanpa kamu dan aku. Sementara diruang ini aku tak menemukanmu.  Lalu aku harus lakukan apalagi?

Jika ternyata ketulusanku tak membuat mu berhenti mencari yang terbaik, mungkin aku akan berfikir kembali untuk menjatuhkan pilihan ini. 

Bukan karena egoku, sayang. Tapi karena memang tak akan ada yang tetap satu bila ada dua hati yang memilih berhenti dan satu nya masih memilih pergi. Aku lelah.

Saatnya aku yang memilih. Aku memilih berhenti, diam disini.

Minggu, 03 Mei 2015

Aku akan kembali, demi membunuh sepi

    
               Percaya saja, hatiku dipatahkan bukan untuk melemahkan.
               Aku ada untuk lebih kuat,
               Jatuh hati dan patah hati lagi justru jadikan aku  lebih kuat.
               Lalu kenapa harus takut kembali patah hati?

Heeey, kali ini tepat ataupun belum tepat aku akan kembali.
Kembali mencoba menjatuhkan hati tanpa harus berfikir,  hal ini sama-sama terasa antara kamu dan aku, hanya aku yang rasa, atau hanya kamu yang rasa.
Kembali mencoba memberikan rasa percaya, tanpa harus berfikir pantas atau tidak kah kamu, dia, bahkan mereka yang sama denganmu untuk kembali ku percayai.

Bertahun-tahun mencoba mencari hati yang menurutku pantas untukku jatuhkan hati, mampu untuk ku percayai.
Tapi ternyata, aku hanya temukan hati-hati yang (bagiku) pantas untuk ku cintai namun tak mampu cintai hatiku. Ku temui hati-hati yang mampu mencintai hatiku namun tak bisa kutempati.
Alasan sederhana, aku tak bisa mempercayai.

Keterlaluan,
Ya, karena ternyata ulahku juga membuatku semakin berlarut-larut dalam kesendirian yang tak berguna. Membiarkan diri ini merasa sepi, merasa tak perlu ditemani, dan membuat seolah-seolah aku selalu bahagia meski tanpamu. Bukan sebuah kepura-puraan, senyatanya aku belum paham apa itu arti sepi.

Bagiku sepi itu ketika ada seorangpun yang bersamaku di sebuah tempat yang ku tempati. Di kampus ketika jam 6 pagi, di rumah jam 12 malam, dipasar menjelang shubuh, atau dikamarku ketika aku sendiri. Itu sepi.

Selucu itu,
Aku seperti orang tak berhati.

Aku selalu merasa ada yang terlupa di bermacam suasana.
Meski ada yang menemani di dalam kamar, tengah bercerita panjang dengan sahabat-sahabatku, ribut tak jelas dengan penghuni kostan hingga kami dimarahi ibu kost, meski tengah menghadiri acara-acara kampus yang selalu diramaikan dengan teman-teman dari bermacam fakultas, Namun ada yang kosong rasanya. Hampa.

"Kamu kesepian sayang, cari pacar sana" ucap sahabatku ketika kuceritakan kondisi ini sembari tertawa keras.  Just Kidding, tapi aku terdiam.

Aku hanya menjaga hati agar tak patah lagi, aku hanya buktikan bahwa aku tetap bisa tersenyum meski sendiri. Masih ada keluarga , masih ada sahat, teman-teman, masih ada kebahagian.

Hanya tak ada kamu, tapi aku sepi?

Benarkah itu sepi?

Entahlah,
Aku percayai itu benar, jika setelah ini banyak yang akan berkata padaku bahwa itulah sepi.

Dan yang pasti hari ini,
Aku akan kembali, demi membunuh sepi.