Semakin
malam datang, aku semakin terpuruk sepi. Aku tenggelam dalam suara jangkrik yang mengusik malam. Entah apa yang mereka
inginkan, sementara aku masih saja terdiam. Karena jakrik hanya mengusik sepersepuluh dari
malam ini. Sembilan bagiannya masih tenang dan mampu menenggelamkan hatiku.
Pikiran
ini melayang jauh, entah kemana. Teringat akan hati yang saat ini butuh oksigen
baru untuk bernafas, sesak didada yang tak pernah tau apa penyebab pastinya. Apa
karena cinta?
Bisa saja.
Banyak cinta yang tak pernah terbalaskan menurutku. Cinta untuk sahabat
mungkin. Yah, memang itu. Aku merasa sendiri. Mendorong semangat yag semakin
terasa berat. Aku bukan wanita yanag selalu kuat, yang mampu memikul semua
beban dan setiap kali aku mampu menepisnya dengan senyuman. Kenapa aku harus
mendapatkan pengkhianatan jika aku selalu berusaha menyodorkan ketulusan. Kenapa
aku harus berpura-pura semua nya akan baik-baik saja jika akhirnya aku hanya selalu terdiam dikala malam datang
menghampiri.
Air mata
pun sering bergulir ketika hati ini telah lelah merasa. Merasa semua cinta yang akhirnya
terbuang sia-sia. Dengan lirih aku berkata, “Ma, aku ingin tinggalkan masa
mudaku, jika ternta semua sakitku ada disini”.
Permintaan
bodoh memang, tapi ini entah sudah berapa kali ku lontarkan. Aku rindukan masa
kecilku. Yang tak satupun yang mampu goreskan luka dihatiku. Bahkan aku bisa tersenyum
dan tertawa semauku. Tak kenal lelah. Tapi ibu selalu berkata, ini cara tuhan
menciptakan manusia yang sebenarnya nak dan ini harus kamu lalui.
Kembali
lagi ku terdiam. Tak mampu berkata jika ternyata hingga sakit yang tak terlihat
ini pun adalah skenario tuhan yang disusun untuk mendewasakanku. Disertai cucuran
airmata dan sebuh senyuman kecil yang kupaksakan aku berkata “dengan ikhlasku,
ku berusaha jalani semua”. Semoga. Semoga usahaku tak sia-sia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar