Apa yang aku lihat, apa yang aku rasa tak mampu terselaraskan dengan hati ini.
Semampuku, aku tak pedulikan siapa yang ada disampingnya, hingga aku terbuai dengan setiap kata yang ditujunya untukku saat itu.
Aku yang terlena atau aku yang tak teriringi lagi oleh logika. Sadar akan dirinya yang telah berpunya, namun ku cinta.
Kata-katanya indah,
“bahkan orang yang menjalin hubungan bertahun-tahun saja bisa berlalu dan tak sejalan lagi”
Aku serasa diberi angin surga, bu.
Rasanya ia beriku kesempatan untuk mengecap hatinya. Walau ada kata nanti yang tak terucap. Klise, dapat ku tangkap.
Entah benar, perasaan yang ada begitu tulus. Merasuki denyut nadi ku dan tak mampu terpisahkan lagi.
Hari ini, mungkin benar. Aku jatuh cinta lagi.
Suasana hati yang hanya ku rasa ribuan hari yang lalu.
Aku terhanyut oleh waktu.
Ada dia dan hatiku (lagi).
Bercengkrama dan aku merasa kembali ada.
Salahku juga, memang.
Aku lupakan kehadiran bidadari itu disampingnya.
Hingga aku terluka lagi.
Berhari-hari aku serasa dipukuli, ditampar bahkan di cerca, bu. Dia sudah ada yang punya.
Tapi apa arti indah yang kurasa di beberapa waktu ini, bu?
Permainan semata?
Aku rasa cukup.
Lemah sekujur tubuh ini, hati ini benar-benar hampir tak bernyawa.
Aku, menyerah karena waktu.
Andai saja, tak ada waktu yang mengantarku untuk mengenalnya.
Andai saja, tak ada waktu yang terlalui ditemani tutur katanya.
Andai saja, tak ada waktu yang terindah yang ku nikmati dengan bodohnya.
Dan hari ini aku harus mengalah karena semua itu, bu.
Mengalah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar