Sabtu, 12 Desember 2015

Karenamu, ibu

Banyak cerita yang disaksikan dinding-dinding ini bu,
Tentang rasa yang mungkin terasa lebih indah,
Tentang hati yang sedikit mulai lega,
Kala terdengar, disetiap usaha perjalanan ini masih terselip rasa banggamu.
Sementara diri ini masih lah belum siapa-siapa.

Aku masih tercipta sebagai anak yang sebegininya,
Sebegininya karena aku belum torehkan senyum untuk ayah,
Sebegininya karena aku belum bisa buat adik-adikku banggakan,
Sebegininya karena setiap langkah masih ngkau hibur dengan senyum kebahagiaanmu.

Bu, tau kah?
Jauh perjalanan ku ini, terkuatkan atas restumu. Baiknya langkahku ini, hasil dari tangis dan doamu pada sang khalik. Yang musti ngkau tau bu, tanpa mu aku semakin tak berarti apa-apa.

Ingin rasanya aku bercerita mimpi bu, mimpiku yang ingin bahagiakan mu dan semua yang kita sayang. Tapi rasa takut selalu hantuiku.
Aku takut tuhan murka bu,
Sekiranya aku terlalu asyik bermimpi, sedangkan tugas wajibku pada tuhan ku belum terlaksana begitu baiknyaa.

Aku, perempuan yang terlahir ke dunia. Bertugas menjadi hamba nya nan taat pada kehendakNYA. Lakukan apa yang hanya ia ridhoi. Seharusnya sangat mudah bu, taat akan engkau, bidadari NYA nan bertebaran didunia. Taat pada suami ku (nanti) karena ia adalah tuntunan ku ke surga. Tapi kenapa terasa sulit bu. Semuanya terasa sulit sangat.

Tapi aku tak kan pernah menyerah bu. Sesungguhnya hidupku ada atas restumu, setelah itu restuNYA. Terkuatkan hendaknya perjalananku ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar