Aku
tak mengerti bagaimana caranya, bagaimana caranya hati ini dapat menempati
rumah hatimu. Rumah yang saat itu mampu membuatku nyaman, tenang dan bahkan
bahagia selalu menghiasi aku, si pemilik hati ini. Kenapa begitu susah? Apa kamu
juga tak memegang kuncinya? Sehingga kamu benar-benar tidak bisa mempersilahkan
aku menempatinya. Lalu, dimana kunci
itu? Sementara dari jendela itu, aku masih bisa melihat kalau rumah itu (mungkin)
masih kosong. Ya, MUNGKIN masih kosong. Seperti yang kamu katakan padaku waktu
itu. Oh, bukan aku tapi dia. Dia yang tak kamu kenal, tapi aku mengenalinya.
Dia,
yang selalu mengatakan pesanku untukmu. Yang tak ia sadari, mungkin hanya
sejalan. Sejalan dengan proses penyembuhan dirinya. Dia membantuku, untuk
menghilangkan sedikit sesak ini. sesak yang telah ku besarkan, selama aku tak
mengenalimu. Tapi dia selalu mengenali. Siapa kamu? Kamu yang mengendalikan
dia. Kamu yang membuat dia bisa sakit atau akan bahagia. Dia yang akan berlumuran
darah ketika terluka. Sementara aku, aku terlihat biasa. Masih mampu tersenyum,
tertawa terbahak-bahak. Bahkan ketika bertemu denganmu, aku bisa dengan santai
nya tak mengindahkannya, tapi dia malah ribut. Dan berteriak, “Hei, tegur dia”.
Aku hanya melirik dan beralih pandang lagi. Aku dengan mudah mengatakan, “ aku
tak butuh”. Tapi dia kembali mengganggu ku da memohon, “ please, tegur dia demi
aku”. Aku tak mengindahkan permintaan itu dan segera berlalu. Selang beberapa
waktu, aku terdiam. Kenapa dia tak mengganguku lagi? “Hei, apa yang terjadi?”. Tak
ada jawaban.
Aku
hanya mampu menghela nafas panjang, dan selalu di dalam untaian senyumku. Dengan
sinis aku bertanya, “ terlalu pentingkah kamu untuknya??”. Hingga dia tersakiti!!
Hanya karena aku tak menegur (hati) mu untuknya. Maaf, maafkan aku tak lakukan
itu, aku (mungkin) egois . Tapi aku turut
terluka. Semoga saja lain kali akan kulakukan, untukmu. Walauku tau, luka itu
akan tetap ada saat ini. Tapi tidak dilain waktu, aku akan coba lakukan apapun
untuk dia. Sekalipun harus malu dihadapanmu, yang penting dia bahagia. Karena dia
adalah hatiku. Yang selalu bersamaku di hidup ini, meski harus tanpa (hati) mu.
Dan selalu bersamaku ketika menikmati setiap luka yang ada karena ulahku. Maaf untuk
hatiku.
“Seni
dari kehidupan adalah bertahan dalam luka dan menikmatinya. (Kata Bijak)”
heheh
BalasHapusmemperjuangkan kisah yang rumit
^_*
BalasHapus