Kamis, 17 Mei 2012

MAAF UNTUK DIA, HATIKU


Aku tak mengerti bagaimana caranya, bagaimana caranya hati ini dapat menempati rumah hatimu. Rumah yang saat itu mampu membuatku nyaman, tenang dan bahkan bahagia selalu menghiasi aku, si pemilik hati ini. Kenapa begitu susah? Apa kamu juga tak memegang kuncinya? Sehingga kamu benar-benar tidak bisa mempersilahkan aku menempatinya.  Lalu, dimana kunci itu? Sementara dari jendela itu, aku masih bisa melihat kalau rumah itu (mungkin) masih kosong. Ya, MUNGKIN masih kosong. Seperti yang kamu katakan padaku waktu itu. Oh, bukan aku tapi dia. Dia yang tak kamu kenal, tapi aku mengenalinya.
Dia, yang selalu mengatakan pesanku untukmu. Yang tak ia sadari, mungkin hanya sejalan. Sejalan dengan proses penyembuhan dirinya. Dia membantuku, untuk menghilangkan sedikit sesak ini. sesak yang telah ku besarkan, selama aku tak mengenalimu. Tapi dia selalu mengenali. Siapa kamu? Kamu yang mengendalikan dia. Kamu yang membuat dia bisa sakit atau akan bahagia. Dia yang akan berlumuran darah ketika terluka. Sementara aku, aku terlihat biasa. Masih mampu tersenyum, tertawa terbahak-bahak. Bahkan ketika bertemu denganmu, aku bisa dengan santai nya tak mengindahkannya, tapi dia malah ribut. Dan berteriak, “Hei, tegur dia”. Aku hanya melirik dan beralih pandang lagi. Aku dengan mudah mengatakan, “ aku tak butuh”. Tapi dia kembali mengganggu ku da memohon, “ please, tegur dia demi aku”. Aku tak mengindahkan permintaan itu dan segera berlalu. Selang beberapa waktu, aku terdiam. Kenapa dia tak mengganguku lagi? “Hei, apa yang terjadi?”. Tak ada jawaban.
Aku hanya mampu menghela nafas panjang, dan selalu di dalam untaian senyumku. Dengan sinis aku bertanya, “ terlalu pentingkah kamu untuknya??”. Hingga dia tersakiti!! Hanya karena aku tak menegur (hati) mu untuknya. Maaf, maafkan aku tak lakukan itu, aku (mungkin) egois .  Tapi aku turut terluka. Semoga saja lain kali akan kulakukan, untukmu. Walauku tau, luka itu akan tetap ada saat ini. Tapi tidak dilain waktu, aku akan coba lakukan apapun untuk dia. Sekalipun harus malu dihadapanmu, yang penting dia bahagia. Karena dia adalah hatiku. Yang selalu bersamaku di hidup ini, meski harus tanpa (hati) mu. Dan selalu bersamaku ketika menikmati setiap luka yang ada karena ulahku. Maaf untuk hatiku.  

“Seni dari kehidupan adalah bertahan dalam luka dan menikmatinya. (Kata Bijak)”

2 komentar: