Happy new years sayang,
Harusnya tak ada sedih di sudut mataku saat ini. Ternyata luka tak mampu berganti dengan mudahnya.
Semoga ku tak berlarut yaa,
Tak berlarut di balik bahagianya dirimu.
Happy 2016 😘😘
Happy new years sayang,
Harusnya tak ada sedih di sudut mataku saat ini. Ternyata luka tak mampu berganti dengan mudahnya.
Semoga ku tak berlarut yaa,
Tak berlarut di balik bahagianya dirimu.
Happy 2016 😘😘
Aku tak pernah diajarkan menjadi pembohong, orang yang munafik, apalagi pengecut.
Setiap orang berhak menilai, karena memang senyata nya tidak ada yang benar-benar baik di mata manusia.
Aku ada hanya untuk di nilai sang penciptaku. Semoga ngkau pun berfikir begitu.
Perihal apa yang kurasa saat ini pun begitu,
masih dalam keraguan memang, tapi ku beranikan menjatuh kan hati ini hanya untukmu. Lupakan segala kemungkinan yang ada, lupakan ada kesempatan lain yang menantiku.
Selalu berusaha yakin akan setiap kata-katamu. Berusaha untuk percaya, kata-kata itupun tulus dari hati terdalam.
Benar atau tidak? Apa aku terlena? Bisa saja.
Tidak, bagiku aku telah sangat berhati-hati tapi ngkau tetap saja berlalu.
Apapun alasannya, aku telah jatuh hati sayang.
tak kan pernah bisa ku pungkiri.
Aku hanya berfikir kembali, tuhan ingin memperlihatkan apa untukku? Kenapa aku justru harus lewati cerita sebegininya?
Perihal melupakan bagiku perkara gampang, tak banyak yang harus ku kenang dengan sedikit perhatianmu itu.
Tapi rasanya, aku selalu ingin jujur, bahwa hati ini memang telah terjatuhkan. Entah sejak kapan. Entah sampai kapan.
Yang pasti, tak kan lama, dan tak kan berlarut-larut.
Semoga ngkau tak segera kembali 😊
Banyak cerita yang disaksikan dinding-dinding ini bu,
Tentang rasa yang mungkin terasa lebih indah,
Tentang hati yang sedikit mulai lega,
Kala terdengar, disetiap usaha perjalanan ini masih terselip rasa banggamu.
Sementara diri ini masih lah belum siapa-siapa.
Aku masih tercipta sebagai anak yang sebegininya,
Sebegininya karena aku belum torehkan senyum untuk ayah,
Sebegininya karena aku belum bisa buat adik-adikku banggakan,
Sebegininya karena setiap langkah masih ngkau hibur dengan senyum kebahagiaanmu.
Bu, tau kah?
Jauh perjalanan ku ini, terkuatkan atas restumu. Baiknya langkahku ini, hasil dari tangis dan doamu pada sang khalik. Yang musti ngkau tau bu, tanpa mu aku semakin tak berarti apa-apa.
Ingin rasanya aku bercerita mimpi bu, mimpiku yang ingin bahagiakan mu dan semua yang kita sayang. Tapi rasa takut selalu hantuiku.
Aku takut tuhan murka bu,
Sekiranya aku terlalu asyik bermimpi, sedangkan tugas wajibku pada tuhan ku belum terlaksana begitu baiknyaa.
Aku, perempuan yang terlahir ke dunia. Bertugas menjadi hamba nya nan taat pada kehendakNYA. Lakukan apa yang hanya ia ridhoi. Seharusnya sangat mudah bu, taat akan engkau, bidadari NYA nan bertebaran didunia. Taat pada suami ku (nanti) karena ia adalah tuntunan ku ke surga. Tapi kenapa terasa sulit bu. Semuanya terasa sulit sangat.
Tapi aku tak kan pernah menyerah bu. Sesungguhnya hidupku ada atas restumu, setelah itu restuNYA. Terkuatkan hendaknya perjalananku ini.
Semakin lama aku menyadari, kamu tak pernah inginkan ku. Lalu kenapa ada sayang di hati ini??
Sadarku, Hanya berawal dari kamu perlahan hilang dari sekitarku.
Kenapa?
Benci? Apa alasannya?
Yang semestinya aku membencimu. Perlakuan ini tak nyata, tapi rasanya akupun benar-benar tak berarti. Aku bagaikan alang-alang yang mungkin masih indah jika masih tersirami hujan, lalu layu tak berarti jika panas mendera. Dipetik, lalu akan dibuang jauh-jauh.
Lalu, jika sudah begini, apa yang tengah kamu jalani diseberang sana? Berbahagia?
Dengan tangisan ku yang mudah saja berderai disudut malam ini.
Entahlah, tapi nyatanya hingga hari ini aku berada dirasa yang sama.
Tidak ada, ataukah belum ada. Mungkin sama saja. Pengganti dari rasa yang mungkin bagimu hanyalah angin lalu saja.
Dimanapun kamu berada hari ini, sadar atau tidakah dengan tulisan ini.
Aku hanya ingin kamu tahu, aku cinta.
Sangat cinta.
Semoga kamu membacanya.
Semuanya misteriMU.
Bahkan tentang apa yang kurasa detik ini.
Benar atau tidak, perlahan dia merubahku menjadi sedikit lebih baik.
Seakan tanpa rekayasa, semuanya mengalir begitu saja.
Tepat atau tidak langkah ini, tapi aku ingini untuk menjadi orang yang tak lagi sia-siakan langkah baik ini.
Bagian skenarioku, atau memang sepantasnya aku lebih baik lagi mengenal cinta?? Setelah banyak jalan terjal yang tak kusadari sangat lah licin hingga ku terjatuh.
Teruntuk kepada mu, terimakasih untuk setiap rasa ini.
Dan terimakasih untuk apapun itu yang ku rasa dalam hidupku, tuhan.
Semoga ini benar inginMU.
Cepat atau lambat perjalanan ini akan berakhir.
Menurut kita, mungkin ini adalah skenario terbaik yang telah direncanakan, tapi ternyata salah.
Meski tak diingini, ini perjalanan terbaik untuk ku, untuk mu, untuk kita semua.
Banyak yang berusaha menceritakan apa yang mereka rasa dengan menyampaikan sebijak mungkin. Mereka?? Mungkin aku juga berada di bagian itu.
Mungkin bisa dikatakan, banyak yang menyampaikan rasa apapun itu dg sebaik mungkin pada semua khalayak. Yang "mungkin" menurut mereka pantas untuk didengar kisah mereka, kisah inilah yg terbaik ada di dunia ini, sampai kita lupa bahwa setiap kisah manusia adalah yang terbaik. Sementara kita "merasa" "hanya" kisah kita yang terbaik dan itu tak terbantah. Hanya yang aku jalani yang terbaik, hanya yang ku punya dan hanya yang ada di depan mataku yang terbaik.
Ternyata kita lupa bahwa, bahkan cerita ini hanya pantas ku ceritakan padaMU. Apapun itu, hanya pantas ku keluhkan padaMU.
Lama-lama aku mencoba membuka diri ini lagi. Tetap ingin berubah ke arah yang lebih baik lagi.
Selalu berusaha untuk tidak pernah melihat keatas, aku takut aku lupa cara nya bersyukur.
Bukan kah bersyukur tidak hanya bisa dilihat dari apa yang kita tulis?? Bahkan dari apa yang juga aku tulis.
Aku sadar tuhan, rasa syukur ku adalah tentang apa yang aku lakukan untuk tetap tunduk pada Mu. Sejatinya, pemilik hidupku.
Sekalipun harus dari hal yang terlihat sepele, menghargai apa yang engkau punya. Setidaknya, umatMu. Yang sama halnya dengan diri ini.
Berbuat baik, tetap menghargai mereka, bahkan membiarkan diri ini dipandang sebelah mata. Ikhlas, aku ikhlas menjalani.
Semata-mata hanya ingin merayu mu, selalu menuntun dan tak membiarkan ku pantas dipandang sebelah mata.
Tak banyak harapku, tetap tuntun aku dalam memenuhi rasa syukur ini tuhan, bahkan dibawah alam sadarku. Biarkan rasa syukur itu tercermin dari diri ini dengan sendirinya. Bahkan hingga tak terlihat palsu.
Karena perjalanan hidup ini hanya engkau yang miliki, dan aku yang jalani. Hingga nanti, lembaran terakhir ku habis dan kembali kepadaMU.
Hari ini, aku benar-benar bermimpi untuk ada di dekatmu.
Benar-benar bermimpi.
Aku rindu, dan berharap hanya untuk bersama mu. Semoga dikabulkan yaa.
Jika tidak, semoga rasa ini berlalu.
Happy 9 Oktober for me.
Semoga tahun ini kesedihan tak lagi ku dekap.
Jika ini sebuah bingkisan indah darimu, aku mungkin tak akan pernah menerima dan membukanya.
Ini suasana paling buruk dalam hal menunggu pagi. Tak mungkin ku lupa. Kejujuran yang pahit itu memang seperti ini. Namun aku hambar, aku tegar. Tak ada tangis meski senyatanya aku sangat kecewa. Tak ada tangis meski senyatanya aku terluka. Hambaaar.
Sangat kecewa, itu pasti. Namun harus tetap menata hati.
Sayang, sangat sayang. Masih berharap kamu rasakan ini. Bukan untuk rasa sepihak tapi rasa yang sama-sama kita rasakan.
Andai saja ini bukan rasa sesaat, mungkin aku tak kan melirikmu. Bukankah dulu sempat ada waktu yang sama? Tapi tak mampu buat kita bersama.
Aku ingin kamu.
Sangat ingin kamu.
Jika tak ada jalan untuk saling berbimbing tangan mungkin aku harus bisa melupakan. Tak mungkin ada disisimu jika kamu pun tak ingin. Tak kan mungkin ada disisi mu jika kamu pun tak siap.
Hari ini, aku harus kembali.
Mencari hati-hati yang mampu aku siapi.
Kembali menata hati
Semoga tuhan mengabulkan doa ku hari ini.
Bolehkah aku meminta dia untukku tuhan?
Setelah engkau,
Dia
Orang terakhir tempat ku menjatuhkan harap
Orang terakhir tempat ku menangisi kejadian hari ini
Orang terakhir tempat ku melepas lelah
Orang terakhir tempat ku menetapkan hati
Rasanya ingin berhenti mencari lagi. Senyatanya pun tak ada makhluk engkau yang sempurna. Mereka ada hanya untuk membimbingku disini. Di tempat yang engkau ciptakan sendiri. Melalui setiap perjalanan yang telah kau rancang untukku. Hanya nanti, aku temukan sosok yang mampu meimbangiku dan kuimbangi. Aku benar lelah mencari.
Aku tak mengerti. Entah rasa apa ini tuhan. Ku ingin milikinya sejak dulu. Bisakah? Mampukah aku? Pantaskah? Untukku ataupun untuknya.
Semua hanya karena ridho mu, karena hanya kau lah yang ku tuju.
Bolehkah aku meminta dia untukku tuhan?
Jika boleh, mohon tepatkan hatiku untuknya dan tepatkan hatinya untukku. Jika tidak, mohon jauhkan hati ini darinya sedini mungkin. Tepatkan hatiku untuk menemukan yang lain dan bersama yang lain.
Terakhir kalinya, bolehkah aku meminta dia untukku tuhan?
Berkali-kali mencoba untuk yakinkan hati ini, namun terlalu banyak hal nyata yang masih kutemukan kalau ternyata kita masih belum sejalan.
Kita tak akan ada tanpa kamu dan aku. Sementara diruang ini aku tak menemukanmu. Lalu aku harus lakukan apalagi?
Jika ternyata ketulusanku tak membuat mu berhenti mencari yang terbaik, mungkin aku akan berfikir kembali untuk menjatuhkan pilihan ini.
Bukan karena egoku, sayang. Tapi karena memang tak akan ada yang tetap satu bila ada dua hati yang memilih berhenti dan satu nya masih memilih pergi. Aku lelah.
Saatnya aku yang memilih. Aku memilih berhenti, diam disini.
Percaya saja, hatiku dipatahkan bukan untuk melemahkan.
Aku ada untuk lebih kuat,
Jatuh hati dan patah hati lagi justru jadikan aku lebih kuat.
Lalu kenapa harus takut kembali patah hati?
Heeey, kali ini tepat ataupun belum tepat aku akan kembali.
Kembali mencoba menjatuhkan hati tanpa harus berfikir, hal ini sama-sama terasa antara kamu dan aku, hanya aku yang rasa, atau hanya kamu yang rasa.
Kembali mencoba memberikan rasa percaya, tanpa harus berfikir pantas atau tidak kah kamu, dia, bahkan mereka yang sama denganmu untuk kembali ku percayai.
Bertahun-tahun mencoba mencari hati yang menurutku pantas untukku jatuhkan hati, mampu untuk ku percayai.
Tapi ternyata, aku hanya temukan hati-hati yang (bagiku) pantas untuk ku cintai namun tak mampu cintai hatiku. Ku temui hati-hati yang mampu mencintai hatiku namun tak bisa kutempati.
Alasan sederhana, aku tak bisa mempercayai.
Keterlaluan,
Ya, karena ternyata ulahku juga membuatku semakin berlarut-larut dalam kesendirian yang tak berguna. Membiarkan diri ini merasa sepi, merasa tak perlu ditemani, dan membuat seolah-seolah aku selalu bahagia meski tanpamu. Bukan sebuah kepura-puraan, senyatanya aku belum paham apa itu arti sepi.
Bagiku sepi itu ketika ada seorangpun yang bersamaku di sebuah tempat yang ku tempati. Di kampus ketika jam 6 pagi, di rumah jam 12 malam, dipasar menjelang shubuh, atau dikamarku ketika aku sendiri. Itu sepi.
Selucu itu,
Aku seperti orang tak berhati.
Aku selalu merasa ada yang terlupa di bermacam suasana.
Meski ada yang menemani di dalam kamar, tengah bercerita panjang dengan sahabat-sahabatku, ribut tak jelas dengan penghuni kostan hingga kami dimarahi ibu kost, meski tengah menghadiri acara-acara kampus yang selalu diramaikan dengan teman-teman dari bermacam fakultas, Namun ada yang kosong rasanya. Hampa.
"Kamu kesepian sayang, cari pacar sana" ucap sahabatku ketika kuceritakan kondisi ini sembari tertawa keras. Just Kidding, tapi aku terdiam.
Aku hanya menjaga hati agar tak patah lagi, aku hanya buktikan bahwa aku tetap bisa tersenyum meski sendiri. Masih ada keluarga , masih ada sahat, teman-teman, masih ada kebahagian.
Hanya tak ada kamu, tapi aku sepi?
Benarkah itu sepi?
Entahlah,
Aku percayai itu benar, jika setelah ini banyak yang akan berkata padaku bahwa itulah sepi.
Dan yang pasti hari ini,
Aku akan kembali, demi membunuh sepi.