Kamis, 31 Desember 2015

Happy New Year

Happy new years sayang,

Harusnya tak ada sedih di sudut mataku saat ini. Ternyata luka tak mampu berganti dengan mudahnya.

Semoga ku tak berlarut yaa,
Tak berlarut di balik bahagianya dirimu.

Happy 2016 😘😘

Selasa, 29 Desember 2015

Semoga tak segera kembali

Aku tak pernah diajarkan menjadi pembohong, orang yang munafik, apalagi pengecut.

Setiap orang berhak menilai, karena memang senyata nya tidak ada yang benar-benar baik di mata manusia.
Aku ada hanya untuk di nilai sang penciptaku. Semoga ngkau pun berfikir begitu.

Perihal apa yang kurasa saat ini pun begitu,
masih dalam keraguan memang, tapi ku beranikan menjatuh kan hati ini hanya untukmu. Lupakan segala kemungkinan yang ada, lupakan ada kesempatan lain yang menantiku.
Selalu berusaha yakin akan setiap kata-katamu. Berusaha untuk percaya, kata-kata itupun tulus dari hati terdalam.
Benar atau tidak? Apa aku terlena? Bisa saja.
Tidak, bagiku aku telah sangat berhati-hati tapi ngkau tetap saja berlalu.

Apapun alasannya, aku telah jatuh hati sayang.
tak kan pernah bisa ku pungkiri.

Aku hanya berfikir kembali, tuhan ingin memperlihatkan apa untukku? Kenapa aku justru harus lewati cerita sebegininya?

Perihal melupakan bagiku perkara gampang, tak banyak yang harus ku kenang dengan sedikit perhatianmu itu.
Tapi rasanya, aku selalu ingin jujur, bahwa hati ini memang telah terjatuhkan. Entah sejak kapan. Entah sampai kapan.

Yang pasti, tak kan lama, dan tak kan berlarut-larut.

Semoga ngkau tak segera kembali 😊

Sabtu, 12 Desember 2015

Karenamu, ibu

Banyak cerita yang disaksikan dinding-dinding ini bu,
Tentang rasa yang mungkin terasa lebih indah,
Tentang hati yang sedikit mulai lega,
Kala terdengar, disetiap usaha perjalanan ini masih terselip rasa banggamu.
Sementara diri ini masih lah belum siapa-siapa.

Aku masih tercipta sebagai anak yang sebegininya,
Sebegininya karena aku belum torehkan senyum untuk ayah,
Sebegininya karena aku belum bisa buat adik-adikku banggakan,
Sebegininya karena setiap langkah masih ngkau hibur dengan senyum kebahagiaanmu.

Bu, tau kah?
Jauh perjalanan ku ini, terkuatkan atas restumu. Baiknya langkahku ini, hasil dari tangis dan doamu pada sang khalik. Yang musti ngkau tau bu, tanpa mu aku semakin tak berarti apa-apa.

Ingin rasanya aku bercerita mimpi bu, mimpiku yang ingin bahagiakan mu dan semua yang kita sayang. Tapi rasa takut selalu hantuiku.
Aku takut tuhan murka bu,
Sekiranya aku terlalu asyik bermimpi, sedangkan tugas wajibku pada tuhan ku belum terlaksana begitu baiknyaa.

Aku, perempuan yang terlahir ke dunia. Bertugas menjadi hamba nya nan taat pada kehendakNYA. Lakukan apa yang hanya ia ridhoi. Seharusnya sangat mudah bu, taat akan engkau, bidadari NYA nan bertebaran didunia. Taat pada suami ku (nanti) karena ia adalah tuntunan ku ke surga. Tapi kenapa terasa sulit bu. Semuanya terasa sulit sangat.

Tapi aku tak kan pernah menyerah bu. Sesungguhnya hidupku ada atas restumu, setelah itu restuNYA. Terkuatkan hendaknya perjalananku ini.

Senin, 07 Desember 2015

Semoga kamu membacanya

Semakin lama aku menyadari, kamu tak pernah inginkan ku. Lalu kenapa ada sayang di hati ini??

Sadarku, Hanya berawal dari kamu perlahan hilang dari sekitarku.
Kenapa?
Benci? Apa alasannya?
Yang semestinya aku membencimu.  Perlakuan ini tak nyata, tapi rasanya akupun benar-benar tak berarti. Aku bagaikan alang-alang yang mungkin masih indah jika masih tersirami hujan, lalu layu tak berarti jika panas mendera. Dipetik, lalu akan dibuang jauh-jauh.

Lalu, jika sudah begini, apa yang tengah kamu jalani diseberang sana? Berbahagia?
Dengan tangisan ku yang mudah saja berderai disudut malam ini.

Entahlah, tapi nyatanya hingga hari ini aku berada dirasa yang sama.
Tidak ada, ataukah belum ada. Mungkin sama saja. Pengganti dari rasa yang mungkin bagimu hanyalah angin lalu saja.

Dimanapun kamu berada hari ini, sadar atau tidakah dengan tulisan ini.
Aku hanya ingin kamu tahu, aku cinta.
Sangat cinta.

Semoga kamu membacanya.

Minggu, 22 November 2015

Cinta, tak kan pernah salah



Semuanya pasti akan memberikan nada cemooh, ketika hanya aku yang mmebenarkan hal itu. Cinta atau uang?
Ya, aku selalu saja akan memilih, Cinta.  
Seperti siang ini, lagi-lagi putri mengeluhkan perihal pacarnya. Eh bisa jadi mantan pacarnya, ah entahlah apapun hubungan mereka. Bagiku, putri saat ini adalah orang yang pantas aku dengarkan apa yang dirasa dan apa yang ingin fikirkan.
Sudah, tinggalkan dia. Ujarku.
Dia yang entah memberikan apapun untuk wanita pujaannya. Semakin hari tidak ada yang membuat dia lebih baik. Bukankah pacaran seharusnya hanya kegiatan positif yang bisa membuat kita lebih baik lagi? Ya, sama-sama menuju ke yang lebih baik lagi.
 Ah iya, tolong jangan bilang aku egois hanya karena aku memberikan apa yang menurut ku baik. Tapi jika ada yang bercerita pada ku, ya jelas aku akan memberikan gambaran yang baik menurut versiku. Itu alasannya aku harus berhati-hati bercerita pada siapapun.
Dihidupi dengan kertas-kertas yang menurutku menakutkan. Uang, mereka bisa membeli semuanya. Ah benar-benar menakutkan. Bagaimana tidak jika mereka juga bisa membeli kenyamanan putri.
Banyak hal yang harusnya putri miliki disaat ini, tapi nyatanya dia hanya memiliki tomi. Yang selalu dampinginya hingga bertahun-tahun lamanya. Bisa menemani hari-harinya, bisa memenuhi kebutuhannya, bisa membenarkan sekalipun putri melakukan kesalahan. Menjadikan dirinya hanya satu-satunya tempat pulang bagi putri. Hingga saat ini, ketika kami beranjak jauh, mencoba membuat diri kami lebih baik lagi dan ingin membuat orangtua bangga akan hari-hari mereka, tomi maish belum saja melepaskan putri dan menganggap gadis ini takkan bisa tanpanya.
“Ya sudah, hari ini mohon tinggalkan dia.” Kuulangi berkali-kali. Aku lelah mendengar dia masih saja membuat putri tak nyaman dengan sikapnya yang selalu berlebihan. Tak boleh kesini, tak boleh kesana. Harus bilang hari ini harus melakukan apa, akan pergi dengan siapa? Lalui siapa dia? Dan harus temani aku ketika aku butuh.
Seperti malam ini, aku hanya menikmati akhir minggu bersama teman-teman. Putri masih saja di ikat dengan keharusan ini itu yang sudah tak diingininya. aku harus bicara apa lagi?
Nyatanya, aku bukan orang yang tega membawa arah cerita cinta mereka ke yang lebih baik menurut ku bukan??
Perihal cinta, semuanya hanya kita yang jalani.
Mencoba berbicara empat mata. Ketahui apa yang putri rasa malam ini. Semangat nya ia berkata.
“capeek, kalau harus seperti ini.”
Lalu, kenapa tidak bilang tidak?”
Sembari becanda, mungkin. Nanti siapa yang kasih uang jajan? Siapa yang belikan pulsa handphone? Siapa yang akan tolong buat ini buat ini?
Ah percaya atau tidak. Aku bisa lakukan sendiri dengan segala kebatasan ku. Seharusnya dia lebih bisa.
“Lalu, aku harus bagaimana?” justru putri balik bertanya.
“tinggalkan, atau terima resiko ini. Ujarku lagi.
Aku tak bisa menghitung berapa kali kata-kata itu kuucapkan. Sembari itu, mencoba berbagi kisah yang aku alami atau apa yang aku dengarkan. Kenapa harus bilang tidak akan ada yang beli ini itu? Dengan santai aku jawab, uang bisa dicari. Tapi kenyamanan? Kebebasan?
Putri hanya bisa terdiam saat itu.
Aku bahagia, aku lanjutkan berbagi insipratif ku. Hah, jadi songong.
Ups, aku lagi serius ceritanya ya.
Action,
Yaa, banyak diluar sana yang tak punya apa-apa tapi mereka bahagia. Kemana mana dengan gaya biasa, tapi kerap tersenyum. Banyak juga diluar sana, mereka adalah orang kaya yang sangat berpunya, tapi aku melihat rintihannya di sosial medianya. Merintih, seperti tak punya apa-apa. Apakah yang diberi padanya belum lah cukup?
Masih kah belum percaya?
Apakah kita melihat orang sederhana itu tersenyum bahagia bersama keluarga meraka adalah palsu? Sedangkan anak orang terkaya pun mungkin saja sedang menghamburkan uang orantuanya bersama teman-temannya yang dia tidak tahu akan selalu ada untuknya atau tidak.
“Menjadi biasalah”, ucapku.
Perihal cinta lagi, apa yang seharusnya kita punya? Benar-benar cinta? Atau hanya lah butuh uang.
Putri masih diam mendengar ceritaku. Suda sepanjang ini aku bercerita dan tdak digubris?
Baiklah, aku lelah lagi. Hingga keesokan hari aku masih mendengar cerita yang sama.
Kembali aku harus bercerita, sebenarnya benarkah ada cinta? Tanyaku.
Iya. Jawaban singkat.
“Cinta yang seperti apa?“ tanyaku lagi.
Ya seperti itu, jawabnya tapi tak melihatku. Ah, itu jawaban bohong.
Aku kembali bercerita,
Inginkah mendengar cerita ku lagi?
Aku kembali berkisah, tentang sepasang kekasih, berumah tangga dan menua bersama.
Maukah bertanya pada mama atau papa?
Ma, Cintakah kepada papa? Pa, cintakah pada mama?. Sesekali cobalah bertanya.
Aku telah mencoba, jawabannya sederhana. Tidak, tapi aku tak bisa hidup tanpa dia. Itukah cinta? Ujar mama malam itu.
Aku balik bertanya, apakah mama bisa hidup tanpa aku?
Tidak, aku tak juga tak bisa hidup tanpamu.
Apakah mama cinta aku? Sementara aku, dan bdeberapa orang diluar sana berkata, cinta hanya untuk pasangan suami dan istri.
Jika aku boleh berbicara, cinta hanyalah perasaan sementara. Lama kelamaan akan berubah jadi sayang. Sayang yang abadi adalah cinta nan nyata. Sementara saat ini, kita baru menjajaki apa yang kita alamai dengannya, dan dia merasa berhak untuk berhak segala nya yang kita punya. Kenyamanan, kebebasan.
Sementara itu cinta, cinta tak kan merenggut apapun.
Perihal orang tua yang mencintai anaknya, ia akan lakukan apapu itu yang bisa membuat anak-anaknya bahagia, ia akan lakukan apoapun yang bisa membuat kita tetap tersenyum.
Perihal seorang suami yang mencintai istrinya, tak sedetik pun ia ingin renggut kebahagiaan dan senyum yang indah yang ada pada istrinya. Termasuk dalam perihal uang. Seorang laki-laki yang mencintai pasangannya, tak sedetik pun ia akan biar kan istrinya memikirkan bagaimana cara mencari uang untuk hidupnya hari ini. Tapi laki-laki itu akan siapkan. Ini adalah untuk hidup kita besok, talk usah pikirkan esoknya lagi. Esok akan aku temukan lagi.
Sesederhana itu senyatanya, janganlah pilih uang. Karena jika kamu memilih uang, tomi akan lakukan hari ini untukmu nanti.
Beerfikirlah dengan baik, put. Ujarku lagi.
Sedikit memelas agar dia mengerti. Karena aku pun tak ingin orang-orang disekelilingku salah memikirkan hal sederhana ini tapi bermakna.  
Cinta, tak kan pernah salah. 

Blog post ini dibuat dalam rangka mengikuti Kompetisi Menulis Cerpen “Pilih Mana: Cinta atau Uang?” #KeputusanCerdas yang diselenggarakan oleh www.cekaja.com dan Nulisbuku.com.  

Senin, 09 November 2015

Teruntuk Kepadamu, Teruntuk kepadaMU

Semuanya misteriMU.
Bahkan tentang apa yang kurasa detik ini.

Benar atau tidak, perlahan dia merubahku menjadi sedikit lebih baik.
Seakan tanpa rekayasa, semuanya mengalir begitu saja.
Tepat atau tidak langkah ini, tapi aku ingini untuk menjadi orang yang tak lagi sia-siakan langkah baik ini.

Bagian skenarioku, atau memang sepantasnya aku lebih baik lagi mengenal cinta?? Setelah banyak jalan terjal yang tak kusadari sangat lah licin hingga ku terjatuh.

Teruntuk kepada mu, terimakasih untuk setiap rasa ini.
Dan terimakasih untuk apapun itu yang ku rasa dalam hidupku, tuhan.
Semoga ini benar inginMU.

03.09 on 10 November 2015

Cepat atau lambat perjalanan ini akan berakhir.
Menurut kita, mungkin ini adalah skenario terbaik yang telah direncanakan, tapi ternyata salah.
Meski tak diingini, ini perjalanan terbaik untuk ku, untuk mu, untuk kita semua.

Banyak yang berusaha menceritakan apa yang mereka rasa dengan menyampaikan sebijak mungkin. Mereka?? Mungkin aku juga berada di bagian itu.
Mungkin bisa dikatakan, banyak yang menyampaikan rasa apapun itu dg sebaik mungkin pada semua khalayak. Yang "mungkin" menurut mereka pantas untuk didengar kisah mereka, kisah inilah yg terbaik ada di dunia ini, sampai kita lupa bahwa setiap kisah manusia adalah yang terbaik. Sementara kita "merasa" "hanya" kisah kita yang terbaik dan itu tak terbantah. Hanya yang aku jalani yang terbaik,  hanya yang ku punya dan hanya yang ada di depan mataku yang terbaik.
Ternyata kita lupa bahwa, bahkan cerita ini hanya pantas ku ceritakan padaMU. Apapun itu, hanya pantas ku keluhkan padaMU.

Lama-lama aku mencoba membuka diri ini lagi. Tetap ingin berubah ke arah yang lebih baik lagi.
Selalu berusaha untuk tidak pernah melihat keatas, aku takut aku lupa cara nya bersyukur.

Bukan kah bersyukur tidak hanya bisa dilihat dari apa yang kita tulis?? Bahkan dari apa yang juga aku tulis.
Aku sadar tuhan, rasa syukur ku adalah tentang apa yang aku lakukan untuk tetap tunduk pada Mu. Sejatinya, pemilik hidupku.

Sekalipun harus dari hal yang terlihat sepele, menghargai apa yang engkau punya. Setidaknya, umatMu. Yang sama halnya dengan diri ini.
Berbuat baik, tetap menghargai mereka, bahkan membiarkan diri ini dipandang sebelah mata.  Ikhlas, aku ikhlas menjalani.
Semata-mata hanya ingin merayu mu, selalu menuntun dan tak membiarkan ku pantas dipandang sebelah mata.

Tak banyak harapku, tetap tuntun aku dalam memenuhi rasa syukur ini tuhan, bahkan dibawah alam sadarku. Biarkan rasa syukur itu tercermin dari diri ini dengan sendirinya. Bahkan hingga tak terlihat palsu.

Karena perjalanan hidup ini hanya engkau yang miliki, dan aku yang jalani. Hingga nanti, lembaran terakhir ku habis dan kembali kepadaMU.

Jumat, 09 Oktober 2015

9 Oktober 2015

Hari ini, aku benar-benar bermimpi untuk ada di dekatmu.
Benar-benar bermimpi.

Aku rindu, dan berharap hanya untuk bersama mu. Semoga dikabulkan yaa.
Jika tidak, semoga rasa ini berlalu.

Happy 9 Oktober for me.
Semoga tahun ini kesedihan tak lagi ku dekap.

Senin, 25 Mei 2015

Kembali Menata Hati

Jika ini sebuah bingkisan indah darimu, aku mungkin tak akan pernah menerima dan membukanya.
Ini suasana paling buruk dalam hal menunggu pagi. Tak mungkin ku lupa. Kejujuran yang pahit itu memang seperti ini. Namun aku hambar, aku tegar. Tak ada tangis meski senyatanya aku sangat kecewa. Tak ada tangis meski senyatanya aku terluka. Hambaaar.

Sangat kecewa, itu pasti.  Namun harus tetap menata hati.
Sayang, sangat sayang. Masih berharap kamu rasakan ini. Bukan untuk rasa sepihak tapi rasa yang sama-sama kita rasakan.

Andai saja ini bukan rasa sesaat, mungkin aku tak kan melirikmu. Bukankah dulu sempat ada waktu yang sama? Tapi tak mampu buat kita bersama.

Aku ingin kamu.
Sangat ingin kamu.
Jika tak ada jalan untuk saling berbimbing tangan mungkin aku harus bisa melupakan. Tak mungkin ada disisimu jika kamu pun tak ingin. Tak kan mungkin ada disisi mu jika kamu pun tak siap.

Hari ini, aku harus kembali.
Mencari hati-hati yang mampu aku siapi.
Kembali menata hati

Jumat, 22 Mei 2015

Bolehkah aku meminta dia untukku tuhan?

Semoga tuhan  mengabulkan doa ku hari ini.
Bolehkah aku meminta dia untukku tuhan?

Setelah engkau,
Dia
Orang terakhir tempat ku menjatuhkan harap
Orang terakhir tempat ku menangisi kejadian hari ini
Orang terakhir tempat ku melepas lelah
Orang terakhir tempat ku menetapkan hati

Rasanya ingin berhenti mencari lagi. Senyatanya pun tak ada makhluk engkau yang sempurna. Mereka ada hanya untuk membimbingku disini. Di tempat yang engkau ciptakan sendiri. Melalui setiap perjalanan yang telah kau rancang untukku. Hanya nanti, aku temukan sosok yang mampu meimbangiku dan kuimbangi. Aku benar lelah mencari.

Aku tak mengerti. Entah rasa apa ini tuhan. Ku ingin milikinya sejak dulu. Bisakah? Mampukah aku? Pantaskah? Untukku ataupun untuknya.

Semua hanya karena ridho mu, karena hanya kau lah yang ku tuju.

Bolehkah aku meminta dia untukku  tuhan?
Jika boleh, mohon tepatkan hatiku untuknya dan tepatkan hatinya  untukku. Jika tidak, mohon jauhkan hati ini darinya sedini mungkin. Tepatkan hatiku untuk menemukan yang lain dan bersama yang lain.

Terakhir kalinya, bolehkah aku meminta dia untukku tuhan?

Rabu, 06 Mei 2015

Aku berhenti, diam disini

Berkali-kali mencoba untuk yakinkan hati ini, namun terlalu banyak hal  nyata yang masih kutemukan kalau ternyata kita masih belum sejalan.

Kita tak akan ada tanpa kamu dan aku. Sementara diruang ini aku tak menemukanmu.  Lalu aku harus lakukan apalagi?

Jika ternyata ketulusanku tak membuat mu berhenti mencari yang terbaik, mungkin aku akan berfikir kembali untuk menjatuhkan pilihan ini. 

Bukan karena egoku, sayang. Tapi karena memang tak akan ada yang tetap satu bila ada dua hati yang memilih berhenti dan satu nya masih memilih pergi. Aku lelah.

Saatnya aku yang memilih. Aku memilih berhenti, diam disini.

Minggu, 03 Mei 2015

Aku akan kembali, demi membunuh sepi

    
               Percaya saja, hatiku dipatahkan bukan untuk melemahkan.
               Aku ada untuk lebih kuat,
               Jatuh hati dan patah hati lagi justru jadikan aku  lebih kuat.
               Lalu kenapa harus takut kembali patah hati?

Heeey, kali ini tepat ataupun belum tepat aku akan kembali.
Kembali mencoba menjatuhkan hati tanpa harus berfikir,  hal ini sama-sama terasa antara kamu dan aku, hanya aku yang rasa, atau hanya kamu yang rasa.
Kembali mencoba memberikan rasa percaya, tanpa harus berfikir pantas atau tidak kah kamu, dia, bahkan mereka yang sama denganmu untuk kembali ku percayai.

Bertahun-tahun mencoba mencari hati yang menurutku pantas untukku jatuhkan hati, mampu untuk ku percayai.
Tapi ternyata, aku hanya temukan hati-hati yang (bagiku) pantas untuk ku cintai namun tak mampu cintai hatiku. Ku temui hati-hati yang mampu mencintai hatiku namun tak bisa kutempati.
Alasan sederhana, aku tak bisa mempercayai.

Keterlaluan,
Ya, karena ternyata ulahku juga membuatku semakin berlarut-larut dalam kesendirian yang tak berguna. Membiarkan diri ini merasa sepi, merasa tak perlu ditemani, dan membuat seolah-seolah aku selalu bahagia meski tanpamu. Bukan sebuah kepura-puraan, senyatanya aku belum paham apa itu arti sepi.

Bagiku sepi itu ketika ada seorangpun yang bersamaku di sebuah tempat yang ku tempati. Di kampus ketika jam 6 pagi, di rumah jam 12 malam, dipasar menjelang shubuh, atau dikamarku ketika aku sendiri. Itu sepi.

Selucu itu,
Aku seperti orang tak berhati.

Aku selalu merasa ada yang terlupa di bermacam suasana.
Meski ada yang menemani di dalam kamar, tengah bercerita panjang dengan sahabat-sahabatku, ribut tak jelas dengan penghuni kostan hingga kami dimarahi ibu kost, meski tengah menghadiri acara-acara kampus yang selalu diramaikan dengan teman-teman dari bermacam fakultas, Namun ada yang kosong rasanya. Hampa.

"Kamu kesepian sayang, cari pacar sana" ucap sahabatku ketika kuceritakan kondisi ini sembari tertawa keras.  Just Kidding, tapi aku terdiam.

Aku hanya menjaga hati agar tak patah lagi, aku hanya buktikan bahwa aku tetap bisa tersenyum meski sendiri. Masih ada keluarga , masih ada sahat, teman-teman, masih ada kebahagian.

Hanya tak ada kamu, tapi aku sepi?

Benarkah itu sepi?

Entahlah,
Aku percayai itu benar, jika setelah ini banyak yang akan berkata padaku bahwa itulah sepi.

Dan yang pasti hari ini,
Aku akan kembali, demi membunuh sepi.

Sabtu, 14 Maret 2015

TIDAK KAH INGIN????





Mungkin dengan cara ini aku akan menemukan orang yang tepat sesegera mungkin.

Nikmati setiap rasa sakit yang ada. Tidak sekedar basa-basi, nyata jatuh cinta adalah hal yang mudah. tapi bertahan mencintai apa yang sudah dicintai, tidak mudah?? Atau tidak ingin menjadikan hal itu mudah??

Tidak kah ingin?? 
Hati ini memiliki hanya satu tempat bertahan. Memberikan sedikit cerita bahagia, memberikan hampir dari seluruh cerita duka, memberikan apapun hal yang terasa, hanya disatu hati. Jika ingin, disana sesungguh kebahagiaan terbesar dan terbanyak di dalam hidup. Hari-hari ataupun saat-saat terindah, cuma ada di moment itu. 
tidak kah ingin?

Atau hanya aku yang ingin?
Menempati seluruh cerita hidup ini hanya padamu. Tangis ku, lelah ku bahkan seluruh bahagia ku. Tidak lain hanya untuk mu.

Tuhan, aku lelah mencari, aku lelah untuk (harus) menemukan. Tempat aku hanya disatu hati. Di tempat yang engkau inginkan. Tidakkah ada yang segera menginginkan hal yang sama dengan yang kurasa hari ini?

Sama-sama ingin berhenti mencari dan menemukan. Mulai mengenali dan mendiami satu hati.
 Tidak kah ingin?

sementara saat ini akuuu, butuh satu hati yang aku inginkan.

Minggu, 08 Februari 2015

Aku Bisa :)




Tak ada yang harus aku sesalkan. Senyatanya, rasa yang hadirpun adalah anugerah tuhan. Cukup rasakan dan nikmati saja. Semuanya akan berjalan dengan semestinya.

Banyak yang mengatakan bahwa apa yang datang dan pergi dalam hidup telah diatur oleh-Nya. Semuanya punya tujuan tertentu. Tidak sekadar teori memang karena aku pun mempercayai itu. Hidup ku adalah milik-Nya. Berkali-kali aku terjatuh, terseok-seok bahkan rasanya mau mati demi perjuangan cerita hidup ini. Nyatanya hingga hari ini mampu ku lalui.

Hari ini pun rasa nya menggilakan,
Apa artinya rasa ku padamu hadir di saat ini? Sementara aku tak bisa memilikimu. Mungkin, aku bisa. Dengan melakukan apa saja sesuka ku tapi aku tak sekejam itu.

Rasa ini tulus adanya, datang tiba_tiba tanpa terencana. Awalnya kita hanya bercengkrama, mencoba menikmati sisa waktu senggang yang ada dengan bahagia. Sejatinya, aku selalu begitu. Mengisi hari-hariku sedemikan rupa hingga hari-hari ku dengan cara ku sendiri.
Mungkin dengan cara tetap bertemu orang-orang baru dalam hidupku, baik nyata ataupun tidak. Mendengar music, menonton film, jalan kesana kemari sesuka ku dan berbagai cara lainnya. Hasilnya akhirya tetap satu, Bahagia.

Terlihat mudah bukan?

Ya begitu mudah, namun terasa sulit saat aku mengenalmu. Hari ini, aku bahagia hanya ketika aku bercengkrama dengan mu.

Apa-apa an ini?? Apa aku jatuh cinta? 

Entahlah,
Dengan jawaban ya ataupun tidak,  aku akan tetap berdiri disini menikmati apa yang ada. Tak akan mengusikmu dan dia. Tetap akan menciptakan bahagia ku sebisanya. Karena aku selalu yakin, apapun itu aku bisa lalui tanpa mengusik orang lain.
Dan, aku bisa :)

Kamis, 05 Februari 2015

Apa yang kamu inginkan?




Masih ingat?
Waktu kecil, masih balita. Mungkin kita tak mengingat apa-apa, tapi bisa kita lihat pada balita lainnya.
Si kecil mungil anak ibu yang tersayang, pasti sangat ingin tau dengan apa yang ada dihadapan nya.
 Saat melihat ibu menyuapi makan, kita ingin tau “ibu menyuapi dengan apa?” lalu mencoba menyentuh sendok mini yang digenggam ibu.
Saat melihat ibu memandikan, kita ingin tau “apa yang ibu tuangkan ke tangannya dan kemudian diusapkan keseluruh badan ini?” kemudian tangan mungil ini pun menyentuh botol sabun yang kembali ibu taruh.
Saat melihat ibu berjalan kemana-mana dengan sigapnya, kita juga ingin bisa menyaingi ibu. Perlahan belajar bangkit, gunakan dua kaki mungil itu lalu menari-nari dan mulai berlari-lari hingga nanti bisa membuntuti ibu kemana-mana.

Apa yang kita ingin kan dari hal itu?
Lalukan apa yang menarik perhatian kita dan kemudian kita tersenyum bahagia.

Kemudian, kita menjadi anak-anak yang hobi bermain.
Duduk dibangku sekolah dasar, dengan seragam putih dan merah. Menuju sekolah menengah pertama dengan seragam putih biru, kemudian ke jenjang sekolah menengah atas dengan seragam putih abu-abunya.
Disekolah dasar dan disekolah menengah pertama, berlari kesana kemari dengan teman-teman. Lompat sana, lompat sini, rusak ini dan rusak itu. Lupakan segalanya. Lupakan baju putih ini akan digunakan esok hari tapi berdaki dan sudah kumal akibat lari-larian tadi. Lupakan kalau-kalau ibu ngomel-ngomel melihat baju kumal dan meminta anaknya untuk segera makan sementara badan ii terlalu lelah dan hanya ingin mersaka empuknya kasur di siang itu.
Di sekolah menengah atas, pulang sekolah mampir kesana kemari. Coba ini dan coba itu, lihat ini dan lihat itu. Lakukan apapun itu, bahaya ataupun tidak bukan urusan ku. Nah lho? Urusan siapa lagi?
Ya ini, urusan ibu. Lakukan apapun itu sesuka hati. Yang anak tau, hati senang dan bahagia. Selanjutnya urusan ibu. itu yang kita inginkan saat itu.

Beranjak dewasa,
Nikmati apapun yang ada dihadapan mata. Lakukan apalagi yang akan membuat mu bahagia. Tapi apa yang membuat aku bahagia?aku menginginkan hal apa lagi?

lalu,
Apakah masih ada ibu ?
Tidak nak,
Saat itu, Ibu sudah menjadi tua dan bahagia akan mengikutinya.

Bagaimana tidak? Selama ini bahagiamu selalu diiringi ibu.
Sadar kah?
Ingat kah?
Jika tidak, renungi apa yang telah kita lalui.

Ketika beranjak dewasa, bahagiaku adalah membahagiakan ibu.
Cukup lakukan, bahagiapun kembali menghampiri.

itukah yang ku inginkan?
Yaa, Aku ingin tetap bahagia,